Beliau sebenarnya telah jauh-jauh hari memikirkan generasi penerus, untuk meneruskan kelanjutan pondok ini, dengan mengirimkan salah seorang dari keluarganya untuk belajar ke tanah Arab, kalau tidak salah di Makkah, orang tersebut (saya lupa namanya akan tetapi Insya Allah bapak saya masih ingat).
Selama tujuh tahun belajar di sana, kemudian karena dirasa sudah cukup beliaupun kembali, tetapi dengan takdir begitu sampai di Tanjung Priok Jakarta, tersiar kabar berita, bahwa beliau meninggal, akhirnya hanya kitab-kitabnya yang tebal-tebal dan besar yang sampai ke Tenggulun, sayanngya setelah pondok macet tidak ada yang memeliharanya, akhirnya dimakan oleh anai-anai, setelah saya sedikit fasih membaca buku-buku arab, saya mencoba utnuk membukanya, sisa-sisa halaman yang masih bisa dibaca -Subhanallah- kandungan buku-buku tersebut sebenarnya sangat penting untuk diwarisi sebab buku-buku tersebut masih asli tulisan tangan.
Kalau saya mendengar cerita-cerita dari sisa alumni pondok ini tentang kegiatan-kegiatannya baik dari segi ibadah, maupun yang lain, saya dapat sedikit menyimpulkan bahwa pondok tersebut memang hendak melaksanakan As-Sunnah meskipun bermadzhab Syafii, dengan kata lain kalaupun bermadzhab Syafii benar-benar bermadzhab Syafii tidak banyak tercampur dengan ajaran-ajaran sesat, seperti Thariqat Sesat, Sufi Sesat, Nyekar Kuburan dan lain sebagainya. – Wallahua’lam
Kita menyambung lagi cerita tentang mbah Masyhuri – Ayah Haji Nurhasyim. Akhirnya beliau ikut Mbah Kyai Haji Sulaiman ke Tenggulun dan tinggal di pondok belajar bersama-sama santri-santri yang lain, kemudian singkat ceritanya, begitu beliau menginjak umur dewasa, belasan tahun, Mbah Kyai Haji Sulaiman menikahkan beliau dengan anak putrinya sendiri iaitu Masyriah Binti Sulaiman, hasil dari perkawinan beliau, beliau dikaruniai oleh Allah swt tiga anak yaitu, Nur’aini (ayah saya), Siti Hafshah dan Munikah, Al-Hamdulillah, ketiga-tiganya ketika riwayat ini ditulis masih hidup, mudah-mudahan selalu dirahmati oleh Allah swt dan dapat mengakhiri hidupnya dengan khusnul khotimah.
Next on 7/11/2011
No comments:
Post a Comment