Monday, January 2, 2012

14# Ayah: Penutup

Karena beliau seorang saudagar besar, maka boleh dikatakan pada tahun 1965-1975, termasuk diantara orang yang terkaya di daerah sekitar Tenggulun dan kekayaannya sekali lagi adalah hasil jerih payah keringat sendiri. Untuk desa Tenggulun beliau lah orang yang pertama kali mempunyai radio, speaker, sepeda motor, mobil, senapan angina dan lain sebagainya.

Kemudian setelah beliau banyak melibatkan diri dalam kerja-kerja dalam pemerintahan, semangat dan intensitas berdagang beliau mulai kendor, dengan demikian pemasukan yang diperoleh semakin berkurang sementara tuntutan untuk keperluan keluarga semakin banyak seperti biaya sekolah dan sebagainya, maka terpaksa menjual barang-barang yang ada seperti tanah, emas dan sebagainya.

Sebetulnya beliau kurang begitu suka untuk bekerja sebagai pegawai pemerintah, beliau lebih suka berdagang karena memang itu kecenderungan beliau, beliau berkali-kali mengajukan permohonanan untuk berhenti tetapi tidak dipenuhi permintaannya karena alasannya masih diperlukan, pernah suatu saat dahulu sampai meminta tanda tangan pada anak-anak beliau untuk menguatkan permohonan beliau namun tidak diindahkan juga, sebab waktu itu jabatan-jabatan di Desa tidak terbatas waktunya dan tidak diganti kecuali uzur.

Namun Alhamdulillah akhirnya dikabulkan permohonan beliau dikabulkan juga, maka berhentilah beliau kemudian menghabiskan masa tuanya bersama anak, cucu dan cicitnya.

Sekarang (ketika buku ini ditulis), beliau sedang menderita stroke, kami berdo’a mudah-mudahan sakit beliau Allah Swt jadikan sebagai kafarah (penghapus) dosa dan kesalahan yang telah beliau lakukan dan Allah swt berkenan untuk menyembuhkannya.

(e). Tambahan.

Beliau mempunyai dua istri dan sampai saat ini keduanya masih sehat anak seluruhnya ada 13. Dari istri pertama 8 orang laki-laki dan 2 perempuan, dari istri kedua 5 laki-laki dan 2 atau 3 perempuan. Alhamdulillah semuanya sudah berkeluarga, seluruhnya mengikuti salafus-shalih dan multazim (berkomitmen) dengan sunnah, Insya Allah, kecuali 1 orang yaitu kakak nomor 2 dari ibu pertama mengikuti aliran Thoriqot Sufi, mengikuti suaminya, satu anak meninggal (Adik Amrozi), Insya Allah Khusnul Khotimah, meninggal saat masih muda bersama 15 kawannya dan seorang ustadznya sewaktu mendaki gunung Lawu, Magetan Jateng.

Next on 9/01/2012

No comments:

Post a Comment