Monday, January 16, 2012

16# Ibu: Perwatakan

Dari segi pendidikan Ibu saya tidak pernah duduk di bangku sekolah resmi kecuali belajar hafalan mengaji, oleh karena itu beliau tidak pandai baca tulis, hanya bisa sedikit-sedikit untuk keperluan yang darurat saja, namun demikian, MasyaAllah, beliau sangat tekun dan sabar dalam mentarbiyah anak-anaknya supaya melazimi ibadah terutama sholat, semenjak kecil sehingga tertanam pada diri anak-anaknya, kecuali Amrozi dahulu, tetapi Alhamdulillah akhirnya kembali ke jalan yang benar dan bertaubat, satu perasaan jika meningalkan sholat karena benar-benar terpaksa sekali seperti lupa, nonton sepakbola, ketiduran dan sebagainya, sedangkan pada waktu itu ilmu belum cukup, belum memahami tentang jama’ dan qodho’, maka dalam hati mereka ada perasaan seolah-olah kehilangan dunia dan seisinya dan ada perasaan menyesal yang tidak berkesudahan.

Ibu juga berhasil menanamkan kepada anak-anaknya supaya berakhlak yang baik dan menghindari segala jenis akhlak yang tercela, beliau sangat sedih jika mendapati diantara anak-anaknya terlibat dengan pekerjaan maksiat, tetapi sebaliknya jika beliau yakin bahwa anaknya berada diatas jalan yang benar kemudian mendapatkan musibah, beliau tidak menampakkan kesedihannya seperti misalnya kematian anaknya yang bernama Muhammad Amin Jabir, anak yang ketujuh beserta 15 kawannya dan satu ustadznya diatas gunung Lawu Magetan Jatim, sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya, banyak ketika itu ibu-ibu anak-anak yang meninggal itu tidak tahan menyaksikan keadaan anak-anaknya tetapi beliau ketika itu menurut cerita para saksi tenang dan sabar bahkan menangispun tidak.

Disamping itu ada juga kelebihan yang lain, adalah masalah rajin yang mungkin sulit untuk mencari tandingannya, dan hal ini dimaklumi bukan hanya keluarga sendiri sampai orang lain pun mengenalinya, sangat sulit untuk menemukan beliau bangun tidur kedahuluan adzan shubuh selama masa hidupnya, bahkan semenjak saya kecil sampai satu bulan sebelum bom Bali meledak dan InsyaAllah sampai kini, sebelum subuh pasti sudah shalat sunnah dan nasi sudah masak, kecuali jika beliau benar-benar sakit, itupun kadang-kadang dilakukan juga orang-orang desa telah mengenali bahwa beliau tidak pernah berhenti menggerakkan tangannya, artinya hampir tidak pernah mengenal istirahat. Beliau benar-benar mempunyai sifat lugu tidak banyak neko-neko, tidak juga suka dengan hiburan-hiburan dan lain sebagainya. Hubungan beliau sangat dekat dengan anak-anaknya serta sangat sabar bermu’amalah dengan mereka, hal ini saya rasa termasuk hikmah beliau dimadu, Wallahua’lam.

Sebenarnya terdapat seribu satu hikmah dibalik bermadu (poligami), baik bagi pihak suami, istri dan anak, saya sendiri benar-benar besyukur kepada Allah swt ditakdirkan menjadi anak seorang bapak yang bermadu dan seorang istri yang dimadu, saya mendapatkan banyak pelajaran dan hikmah yan tidak didapatkan oleh siapapun yang ibunya tidak dimadu.

Sungguh Allah Maha Segala-galanya, Maha Berilmu, Maha Bijaksana, seluruh syariatNya, hukum-hukum-Nya benar-benar diperuntukkan untuk mensejahterakan manusia sejagat termasuk poligami, tetapi karena akal fikiran manusia sudah diracuni oleh syetan dengan berbagai macam bentuk propaganda dari barat maupun timur, termasuk dengan sandiwara-sandiwara konyol, nyanyian-nyanyian tolol, cerita-cerita bodoh tentang ibu tiri, bawang merah, bawang putih, bawang hijau, dan sejuta hal bodoh lainnya, sehingga tergambar dalam benak seseorang bahwa poligami itu hanya akan membawa penderitaan dan kesengsaraan sehingga tidak sedikit muncul istri-istri yang berfikiran dan berperangai seperti pelacur, mereka lebih rela suami mereka melacur daripada dimadu, akhirnya meratalah perzinaan dimana-mana, jika sudah demikian keadaannya maka akan terjadi musibah dan bencana kemanusiaan baik dalam segi ruhani maupun jasmani, duniawi maupun ukhrawi.

Next on 23/01/2012

No comments:

Post a Comment