Dengan sifat tegas dan keras terhadap syirik, bid’ah, takhayul dan khurafat tersebut beliau seakan dibenci oleh masyarakat Tenggulun, tetapi merekapun tidak berani menampakkan kebenciannya karena rata-rata mereka segan sebab beliau dipandang dari segi-segi :
a. Keturunan.
Beliau merupakan cucu Kyai Haji Sulaiman, sebagai orang yang boleh dikatakan sebagai pembawa cahaya Islam ke Tenggulun.
b. Ilmu Agama.
Dari segi ilmu agama termasuk yang paling menonjol.
c. Kedudukan beliau sebagai carik
Sebagai carik di desa, beliau sangat dibutuhkan oleh masyarakat desa, karena mereka sangat mengetahui bahwa urusan-urusan penting desa mesti di rujukkan kepada beliau.
d. Kemampuan Harta.
Beliau termasuk orang yang berharta dan mereka tahu bahwa harta tersebut adalah hasil dari kerja sendiri bukan harta warisan dan orang tua dan bukan harta yang didapat karena menjadi carik, tetapi beliau sebagai pedagang besar,(tentang hal ini akan diuraikan nanti).
Kadang-kadang kebencian itu ditampakkan oleh pihak-pihak tertentu terutama yang merasa dirugikan seperti dukun-dukun, juru kunci kuburan, kyai-kyai yang suka menipu orang dan lain sebagainya, biasanya dinampakkan ketika beliau mendapatkan musibah.
Oleh karena itu tidak aneh apa yan gterjadi baru-baru ini apabila keluarga beliau ditimpa musibah urusan Bom Bali dan ditemukan senjata-senjata api, maka Maskun sebagai kepala desa, (tetapi sebenarnya lebih dominan sebagai seorang dukun dan ketua thoriqot yang menghidupkan sedekah untuk kuburan, rame-rame melekan di kuburan, menyembelih sembelihan di tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat), yang selama ini memendam dendam khusumat dan kebencian yang tersimpan di dalam hatinya dikeluarkan semuanya pada saat tersebut, karena merasa dirugikan kepentingan-kepentingan duniawinya oleh beliau dan keluarga beliau.
Mudah-mudahan Allah swt tetap menjaga beliau dan keluarga beliau serta anak, cucu, dan cicit beliau dari makar-makar orang yang membuat makar.
(d). Kewiraswastaan Beliau.
Berbicara tentang kewiraswastaan beliau barangkali tidak berlebih-lebihan kalau saya katakan luarbiasa, kenapa demikian, sebab beliau yang ditakdirkan oleh Allah tinggal di sebuah desa kecil dan pelosok seperti Tenggulun –bukan Tenggulun yang sekarang, karena yang sekarang ini seantero jagat sudah mengetahuinya- tetapi Tenggulun pada era 50-70 tahun yang lalu, boleh dibayangkan bagaimana keadaannya, lampu listrik tidak ada, alat-alat media belum ada lagi, jalan masuknya berlubang-lubang sampai setengah meter, penduduk yang bersekolah hingga tingkat SMA pun belum ada pada saat itu.
Tetapi dalam keadaan tersebut perniagaan beliau telah menembus pasar-pasar besar seperti Tuban, Gresik, Surabaya dan lain sebagainya. Sehingga hampir semua toko-toko China besar yang ada di Tuban, Gresik dan sebagian Surabaya, mengenal beliau, dan sering mereka berdatangan ke rumah. Adapun barang-barang yang diperdagangkan tidak tentu, pokoknya yang nampak ada untungya beliau sambut, kadang-kadang kacang tanah, ubi kayu, ketela pohon, lombok, kain kelontong dan sebagainya, serta jumlahnya tidak sedikit, sekitar seukuran truk besar pada saat itu, beliau juga pernah menjual batu Gamping/Kapur.
Next on 26/12/2011
No comments:
Post a Comment