Masyarakat desa Tenggulun adalah masyarakat yang amat unik sekali, barangkali tidak ada duanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia, yang jelas selama saya hidup, saya belum mendapatkan atau mendengar masyarakat seperti di Tenggulun.
Saya sering mengatakan kepada kawan-kawan dan teman-teman sejak sekian tahun, sebelum bom Bali meledak, kata saya kalaulah universitas-universitas yang terkenal baik di dalam negeri maupun di luar negeri mengetahui keunikan desa Tenggulun, niscaya mereka akan mengirimkan pakar-pakarnya untuk mengadakan kajian disana, ternyata khayalan dan impian saya tersebut terwujud dengan perantara terjadinya ledakan bom Bali, saya rasa pada hari ini tidak ada satupun dari penduduk bumi yang mengikuti berita-berita sensasional dunia yang tidak berangan-angan untuk melihat Tenggulun dari dekat, apalagi mereka yang mempunyai ilmu dan kepakaran dalam bidang-bidang sosial, tingkah laku manusia dan sebagainya, mereka bertanya-tanya apa rahasia dibalik Tenggulun, desa yang kecil yang terletak di kawasan pelosok tetapi bisa mengegerkan dunia itu?
Saya yakin meskipun saya tidak melihat langsung bahwa sebagian mereka telah mengirimakan pakarnya untuk tujuan itu, dan tujuan-tujuan lain baik yang secara resmi maupun tidak resmi, baik yang berbaju polisi, wartawan, orang biasa, maupun yang pura-pura cari burung, mau mancing, mau berdagang, cari rongsokan dan sebagainya.
Kembali kepada keunikan Tenggulun disini saya akan tuliskan beberapa contoh saja baik yang positif maupun yang negative, jika pembaca hendak mengetahui lebih komplit tunggu saja hasil riset para pakar nanti.
- Dari Segi Informasi dan Komunikasi.
Sebelum alat-alat komunikasi canggih terwujud atau muncul, masyarakat Tenggulun telah berhasil berkomunikasi dan menangkap komunikasi dengan cepat seolah-olah Tenggulun bagaikan bulatan bola kecil saja atau sepertinya satu rumah saja, kenapa saya katakan demikian, sebab ada satu saja informasi, misalnya si Anu telah membeli seekor lembu, maka berita ini tidak sampai memakan waktu berjam sudah menyebar ke seluruh penduduk baik yang tinggal di sebelah utara, selatan, timur dan barat.
Semua jenis informasi begitu cepatnya menyebar baik yang positif maupun yang negative, misalnya si Anu punya anak, si Anu terima telepon dari Malaysia, si Anu bertengkar dengan istrinya, si Anu sakit, si Anu meninggal, si Anu tanamannya bagus, si Anu berbuat mesum dengan si Anu, si Anu akan menjual sawahnya, si Anu akan naik haji lima tahun lagi, si Anu akan melamar…dan lain sebagainya dan lain sebagainya. Sehingga setiap orang di desa Tenggulun tidak bisa bersikap masa bodoh atau persetan dengan urusan orang lain, minimal menanggapi kalau tidak bisa-bisa jadi buah bibir orang atau kurang dari itu yang digunjing atau dirasani oleh masyarakat umum.
- Persaudaraan yang Luar Biasa.
Masyarakat Tenggulun meskipun ada perbedaan dalam bermadzhab atau berorganisasi atau berpolitik dan sebagainya, tidaklah memudarkan rasa persaudaraan dan kedesaannya, kecuali beberapa gelintir orang yang sejak awal memang ada penyakit sombong, congkak dan jahat. Mereka saling bermesraan dalam pergaulan sehari-hari dan saling hormat-menghormati. Tidak seorangpun yang berpapasan di jalan melainkan bertegursapa, yang tua dipanggil wakgus atau wakyu dan yang muda dipanggil cung (laki-laki) atau nduk (perempuan).
Mereka saling tukar menukar hadiah khasnya kaum wanita, sesuai dengan anjuran Rasulullah saw dalam sebuah hadits “Tahaaduu, tahaababtum”, saling memberi hadiahlah kamu (agar) kamu saling kasih sayang, tetapi ada juga kadang-kadang yang kurang baik, jika hadiah yang diberikan kurang memenuhi selera atau tidak sepadan dengan yang diberikan sebelumnya, maka akan di-grenengi, atau di-gunemi (dibicarakan yang tidak sepatutnya).
Jika ada salah seorang penduduk kampung yang meninggal dunia, maka hampir keseluruhan dari setiap keluarga menghantar beras dan lain sebagainya, demikian juga jika ada bayi yang baru lahir, pindah rumah dan lain sebagainya.
- Kerjasama atau Paguyuban yang sangat menonjol.
Misalnya ada salah satu warga kampung yang hendak memindahkan rumah atau membongkar rumahnya atau pekerjaan yang sifatnya borongan, kata orang jawa –baik urusan pribadi, agama ataupun kampung/desa- maka mereka akan keluar berbondong-bondong tanpa pamrih meskipun ada juga satu dua yang ada maksud tertentu, tetapi mayoritasnya tulus, apalagi jika terjadi kebakara pada rumah tertentu begitu cepat mereka bertindak, lebih cepat dari mobil pemadam kebakaran, sehingga seingat saya belum pernah kebakaran sampai menjalar ke tempat tetangganya karena begitu cepat masyarakat desa bertindak.
Itulah sebagian kelebihan masyarakat desa Tenggulun dari segi positif, adapun dari segi negative saya tidak perlu uraikan karena saya pandang sama dengan masyarakat lainnya, misalnya lebih cinta dunia (harta benda) daripada ilmu agama, suka menggunjing orang, membicarakan orang lain serta banyak kemaksiatan lain termasuk tidak menjaga adab-adab termasuk adab masuk ke rumah orang lain dan sebagainya.
Hal-hal yang positif yang saya sebutkan tadi akhir-akhir ini sudah mulai terkikis dan terpinggirkan dengan hadirnya budaya-budaya baru yang mereka peroleh selama 24 jam dari TV setiap harinya, demikian juga budaya-budaya buruk yang diimport dari kehidupan orang jalanan di Malaysia.
No comments:
Post a Comment