Disamping yang sudah disampaikan diatas keistimewaan lingkungan medan perang antara lain :
1. Medan perang adalah cara yang sangat efektif untuk mentarbiyah dalam memantapkan tauhid seseorang baik Tauhid Rububiyah, Uluhiyah maupun Asma’ wa Shifat.
Ada suatu cerita sewaktu masih hangat-hangatnya perang Afghanistan I melawan tentara Rusia, beruang merah yang kafir itu, dimana ada seorang Doktor atau Master pada bidang Ushuluddin (jurusan aqidah), datang dari Arab ke Afghanistan utnuk menyaksikan jihad dari dekat dan hendak berjihad bersama-sama mujahidin, begitu ia sampai di Afghanistan tiba-tiba datanglah pesawat pembom milik Rusia (MIG) untuk membombardir kawasan itu, memang ketika rame-ramenya perang di sana hampir setiap jam rombongan pesawat datang kadang-kadang sampai belasan pesawat, bahkan terkadang lebih dari itu, sebagian hanya untuk caper (cari perhatian) mujahidin supaya mengalihkan perhatiannya pada pesawat tersebut, dan pada saat bersamaan secara tiba-tiba muncul serombongan pesawat untuk menjatuhkan bom.
Ketika pak Doktor tadi menyaksikan kejadian ini merasa ketakutan-maklum ia baru saja masuk ke medan perang-, maka ia lari kesana-kemari untuk mencari cover yang dapat menyelematkan dirinya dari serangan bom. Rupanya ketika itu ada seorang anak muda kira-kira berumur 8 tahun yang melihat pak Doktor sedang lari pontang-panting ketakutan, maka si anak inpun mendekatinya dan mengatakan kepadanya,” Ya Syaikh bukankah An-Nafi’u (Dzat Yang Memberi Manfaat) dan Adh-Dhlorru (Dzat Yang Memberi Madhorot), hanyalah Allah swt saja, kemudian si anak tadi membaca sepotong ayat Alquran yang dihafalnya, “Fa Asshooba min mushibatin illa bi Idznillaah” (Q.S (64) : 11) artinya : “Tidak ada suatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah”
“Qul laa Yushibanaa Illa Maa Kataballaahu” (Q.S (9) : 51) artinya : “Katakanlah sekali-kali tidak ada yang menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan Allah”
Pak doctor jurusan aqidah ini begitu mendengar ayat yang dibaca oleh anak tadi merasa tersentak seolah-olah belum pernah mendengar sebelumnya padahal sebetulnya sudah sangat hafal (jawa : nglothok), karena setiap hari dibacanya dan sudah diluar kepala, sesudah itu ia termenung memikirkan peristiwa yang barusaja ia alami sambil mengatakan pada dirinya, sendiri, :”Betul juga ya.. apa yang dikatakan oleh anak tadi, selama ini ternyata aku hanya belajar teori tauhid saja, tetapi belum memahami dan menghayati makna tauhid yang sebenarnya…”
“Aku memang sudah hafal di luar kepala bahwa Tauhid Rububiyah itu adalah meyakini bahwa Allah Ta’ala adalah satu-satuNya Dzat Yang Mencipta, Yang Memelihara, Yang Memberi Rizqi, Yang Menurunkan hujan, Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan, Yang Memberi Manfaat dan Yang
Memeberi Madharat dan lain sebagainya, tetapi ternyata tauhid tidak cukup dengan teori saj, mesti dipraktekkan.
Akhirnya dengan rasa tawadlu. campur malu-malu, beliau mengucapkan “Jazaakumullah Khoirol Jazaa.” kepada anak tersebut.
2. Merasa sedih jika tidak kebagian (tidak ditunjuk) menyerang musuh bersama-sama mujahidin yang lain, bahkan bisa menangis meneteskan air mata (Q.S (9) : 92).
Dulu sebelum saya berada di medan perang, saya tidak dapat memahami ayat tersebut, dimana dalam ayat tersebut ada salah seorang sahabat yang menangis bercucuran air matanya karena mendaftar mau ikut perang bersama Rasulullah saw dan para sahabat r.a, tetapi karena tidak ada kendaraan terpaksa ditolak, tetapi saya sendiri mengalami hidup di medan perang, ternyata hal seperti itu biasa dialami oleh para mujahidin apalagi jika mendengar satu bait syair yang keluar dari lisan salah seorang mujahid :
“Hai pelamar bidadari-bidadari surga, jika kamu benar-benar hendak menyuntinngya maka majulah berperang kehadapan musuh, inilah mahar (maskawin) pertama yang mesti dibayar terlebih dahulu. ” (Lihat Kitab Haadil Arwah Ilaa Bilaadil Afraah, oleh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah).
Kalau tentara biasa tidak di daftar malah selamatan (kenduri), karena saking senanngya… begitulah bedanya dengan mujahidin, sebab mujahidin berperang untuk mencari surga, sementara mereka berperang untuk mencari tambahan penghasilan berupa uang demi sesuap nasi, pangkat dan jabatan.
3. Anak-anak kecil berebut jika ada bom jatuh, untuk memastikan kalau-kalau ada yang tidak meledak, sebab jika tidak meledak merupakan rejeki nomplok bagi mereka untuk dijual besinya atau mendapati bom meledak tetapi masih menyisakan longsongannya. Biasanya begitu dari kejauhan terlihat bom yang tidak meledak atau kelongsongan, mereka berlarian untuk meletakkan ridak (kain sejenis selimut tetapi sangat panjang dan lebar) diatas bom tersebut sebagai peringatan (panjer : jawa) agar orang lain tidak boleh mengambilnya.
4. Seorang mujahid yang melihat sahabatnya badannya tercerai-berai, daginngya berserakan kesana-kemari, bukannya malah ngeri, seperti ketika melihat saudaranya kecelakaan di jalan raya, tetapi malah merasa iri kenapa tidak aku yang seperti dia, karena seorang mujahid mengerti benar fadhilah dan keutamaan mati fie sabilillah (syahid) dan pada hakekatnya, saudaranya yang daging dan tulanngya berserakan tadi tidak merasakan sakit melainkan seperti orang yang dicubit saja -Subhanallah-.
5. Lingkungan yang bebas maksiat-maksiat yang dzhahir, meskipun demikian syetan tidak pernah berputus asa menggoda manusia termasuk mujahidin, jika tidak dapat membujuk dan menggoda . Dikala mereka sadar dan terjaga, maka setan akan menggoda mereka dikala tidur, yaitu dengan hadirnya mimpi yang bermacam-macam, mimpi orangtuanya menyuruh pulang, keluarganya memerlukan dia untuk menjadi penasehat masalah agama, oleh karena itu mesti segera pulang, jangan menangguhkan lagi, kadang-kadang dibisikkan kedalam perasaan seorang mujahidin, engkau banyak dosa dan tidak layak menjadi seorang mujahid, pergilah ke tempat lain untuk membersihkan diri dahulu setelah sudah shalih baru boleh berjihad, dan seribu satu lagi bisikan yang lain.
Hal seperti ini pernah menimpa pasukan Islam di perang badar yang mana dalam salah satu riwayat diterangkan bahwa, hampir seluruh mujahidin saat itu terkena junub, maka setanpun membisik-bisikkan kepada mereka, “Kalian mau berjihad dalam keadaan berhadats, bagaimana hal ini bisa terjadi pada orang-orang yang mengaku sebagai wali-wali Allah swt?”. Maka untuk menghilangkan gangguan-gangguan setan tersebut allah swt menurunkan hujan untuk memandikandan mensucikan mereka (buka Q.S Al-Anfal (8) : 11).
No comments:
Post a Comment