Dalam ayat ini diterangkan tujuan Allah swt menurunkan hujan ketika perang Badar antara lain :
- “Liyuthohhirukum bihi”: Untuk mensucikan kamu (para shahabat r.a) maksudnya, dengan turunnya hujan, mereka bisa mandi junub dengan air tersebut, sehingga menjadi suci bebas dari hadats besar
- “Wa yudzhib ankum rijzasy-syaithaani”: Untuk menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syetan, maka setelah mereka mandi, menjadi tidak was-was lagi dan gangguan tersebut menjadi sirna..
- “Wa liyurbitho ‘ala qulubikumi”: Untuk memperkuat hatimu yang sempat kacau menjadi teguh kembali,
- “Wa yutsabbita bihil aqdamakum”: Dan memperteguh dengannya telapak kakimu. Maksudnya : Dengan air hujan maka medan badar menjadi mampad pasir atau tanahnya sehingga kaki-kaki mujahidin yang menginjak terasa ringan. –Wallahu A’lam-
demikianlah syetan tidak pernah putus asa, dimanapun juga akan mencari kesempatan untuk menyesatkan manusia.
6. Banyak sunnatulah yang semata-mata atas izin dan kehendak-Nya, hal-hal yang terjadi disekitar kita berubah dari kebiasaannya (dengan kata lain mendapat banyak karomah), misalnya antara lain :
a. Bom jatuh di dekat mujahidin tetapi tidak meledak sedang semua yang jatuh di tempat lain meledak.
b. Mujahidin terkena berpuluh-puluh peluru menembus pakiannya tetapi badannya tidak terkena peluru sama sekali alias selamat.
c. Tank terbakar hanya karena lemparan batu.
d. Binatang (burung, kalajengkin dan sebagainya) berperang bersama mujahidin, dan lain sebagainya.
7. Masyarakat di medan perang adalah masyarakat yang terbaik, sebab personalnya terdiri dari para mujahidin sedangkan menurut berpuluh-puluh hadits bahwa manusia terbaik adalah mujahid, kemudian yang kedua adalah orang yang uzlah dari orang ramai karena menghindari kejahatannya, jadi sebuah masyarkat yang dibentuk atau terdiri dari orang-orang yag baik-baik, sudah tentu masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik.
8. tetapi meskipun demikian ada juga diantara mereka yang munafik, murjif dan mukhzil, karena begitulah sunnatullah yang ditetapkan, masyarakat Madinah yang dibentuk oleh Rasulullah saw adalah masyarakat terbaik yang pernah ada di muka bumi, sebagaimana yang diterapkan dalam hadits shahih
“Khoironnaasi Qorni Tsumma Alladziina Yaluunahum, Tsumma Alladziina Yaluunahum” Artinya : Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masa abadku, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya.
Maksudnya :
Seratus tahun pertama : Para Shahabat r.a
Seratus tahun kedua : Tabi’in rhm
Seratus tahun ketiga : Tabi’ut-tabi’in rhm
Meskipun demikian banyak juga yang munafik, murjif dan mukhdzil.
Keterangan :
- Munafik : Orang yang pura-pura masuk Islam secara lahirnya tetapi hatinya kafir, oleh karena itu hatinya bersama musuh-musuh Islam, bahkan pada satu waktu tertentu badan dan lisan mereka dalam satu program untuk memusuhi Islam dan ummat Islam.
- Murjif : Orang suka menyebarkan berita bohong untuk menyudutkan atau menyakiti atau merugikan Islam dan kaum muslimin (lihat Alquran surat (33) : 60).
- Mukhdzil : hampir sama dengan murjif, hanya berita-berita yang disampaikan dengan tujuan supaya kaum muslimin menjadi lemah, menjadi takut, misalnya isu-isu yang di desas-desuskan bahwa musuh dalam keadaan hebat, kuat kita pasti kalah dan lain sebagainya.
Oleh karena masyarakatnya adalah orang-orang yang baik maka para mujahidin yang berada di medan perang, rata-rata kerasan dan suka dengan tempat tersebut, sehingga mereka terasa berat sekali meninggalkan tempat itu, terutama yang masih bujang, yang belum berkeluarga dan tidak ada tanggungan apa-apa.
Selain itu diri ini terasa dekat dengan Allah swt, sehingga lebih mudah untuk mengingat-Nya, berdzikir kepada-Nya, bertawakkal dan sebagainya.
No comments:
Post a Comment