Beliau sering bahkan berulang-ulang kali bercerita kepada saya – Wallahua’lam- saya tidak tahu maksud beliau, kenapa seringkali menceritakan hal ini kepada anak-anaknya, mungkin saja karena peristiwa tersebut sangat berkesan bagi diri beliau atau karena ingin agar anak-anaknya kelak seperti mereka. –wallahuia’lam-
Menurut cerita beliau, ada sekelompok tentara yang jumlahnya kira-kira tidak sampai satu peleton, kira-kira dua regu, mereka tidak mau bergabung dengan tentara-tentara lain yang berjumlah lebih banyak, dengan pertimbangan masalah agama dan akhlak, sebab tentara yang berjumlah lebih besar tersebut, moralnya rusak, suka meminum arak, mengganggu perempuan dan lain sebagainya, lagi pula bercampur baur antara muslim dengan kafir, bahkan banyak yang berfaham komunis, disamping juga sifat mereka yang penakut, jika mendengar laporan adanya tentara Belanda malah bersembunyi. Hal-hal itulah yang menyebabkan mereka beralasan untuk memisahkan diri dari tentara yang berjumlah besar.
Kebetulan dengan izin Allah swt, mereka itu dipertemukan dengan ayah saya, dan mereka mengajak utnuk sama-sama melibatkan diri dalam perjuangan suci, maka beliaupun bersedia dan membantu dalam hal-hal yang beliau mampu, seperti menyediakan tempat, menggalakkan penduduk setempat agar membantu logistic makanan dan sebagainya, beliau melihat pada diri mereka ada banyak keistimewaan dibandingkan dengan tentara-tentara lain yang selama ini beliau kenal antara lain :
- Yang dibicarakan tentang Islam
- Ibadahnya kalau istilah orang jawa cepet, bahkan sholatnya selalu berjama’ah, kecuali dalam waktu kritis dan mereka selalu mengikuti sunnah.
- Akhlak dan perilaku mereka terpuji.
- Keberaniannya boleh diandalkan, kalau kebanyakan tentara mendengar ada tentara Belanda datang, justru malah bersembunyi, tetapi mereka tidak, malah dicari selagi jaraknya bisa ditempuh, oleh karena itu mereka berkali-kali bertempur dan kebanyakan dimenangkan oleh Allah swt.
- Mereka tidak suka bid’ah dan khurafat, sehingga cocok dengan ayah dan pergaulan mereka dari hari ke hari semakin harmonis.
- Sangat benci dan tidak pernah berkompromi terhadap dosa-dosa besar seperti : judi, zina, minum arak dan sebagainya.
Menurut cerita beliau, pada suatu hari ada berita bahwa Belanda si kafir kotor dan najis, telah mendapatkan informasi akan adanya kelompok tentara muslim ini, kata beliau, informasi tersebut kemungkinan besar disebarkan oleh munafikin.
Dengan informasi ini, maka Belanda mengirim tentara sebanyak-banyaknya dari markasnya yang kalau tidak salah saat itu di Surabaya, mendengar berita pengiriman bantuan tentara Belanda ini bukannya menjadikan mereka takut, malah semakin bersemangat untuk bertempur, oleh karena itu mereka bersiap-siap untuk menghadang dan mencegat mereka, mereka memutuskan untuk menghadang mereka di selatan sungai Solo, kalau tidak salah kira-kira antara Karanggeneng dengan Sendaran atau daerah seperti Gemantuk dan sebagainya.
Maka bersiap-siaplah mereka untuk berangkat dan mereka pamitan mati kepada ayah saya serta memberikan beberapa tugas dan pesan. Baru beberapa hari semenjak kepergian mereka terdengar perang hebat meletus, sebagaimana yang direncanakan, serangan tahap pertama mampu menghancurkan pasukan Belanda dan banyak mendapatkan harta rampasan, khususnya persenjataan dan pelurunya, kemudian datang lagi berikutnya dan masih bisa dikalahkan.
Setelah pertempuran berlangsung berkali-kali akhirnya mereka kehabisan amunisi (peluru), dan semuanya gugur sebagai syuhada (insya Allah jika mereka adalah orang-orang sholeh, niatannya ikhlas karena Allah dan untuk menegakkan kalimat Allah), kecuali satu orang yang selamat karena beliau sempat mencari cover, kemudian masuk ke dalam sawah yang digenangi air, beliau membaringkan badannya ke dalam air sawah dengan mengadahkan wajahnya keatas untuk bernafas, sambil menutupnya dengan daunt alas.
Tentara Belanda tidak putus asa, untuk mencari yang masih hidup, tetapi karena mata mereka telah dibutakan oleh Allah swt sehingga tidak bisa melihatnya namun sebelum mereka meninggalkannya, tempat tersebut sempat diberondong peluru disamping kanan-kirinya, tetapi berkat kemurahan Allah swt, beliau selamat.
Kemudian bapak pejuang yang selamat ini suatu saat dengan tidak disangka dan tidak diduga sebelumnya bertemu kembali dengan ayah di Mekkah, ketika ayah saya pergi menunaikan ibadah haji, mereka sama-sama berhaji kira-kira pada tahun 1950-an -Subhanallah- sungguh mengharukan, disitulah bapak pejuang ini, mudah-mudahan beliau syahid, menceritakan bagaimana keadaan beliau dan sahabatnya ketika bertempur kepada ayah saya.
Next on 28/11/2011
No comments:
Post a Comment