Sikap beliau dalam menentang Syirik, Bid’ah, Takhayyul dan Khurafat sangat tegas dan tidak ada toleransi sama sekali dengan pelaku-pelakunya, gambarannya kira-kira kalau sekarang lebih sebagaimana yang dilakukan oleh para ikhwah Salafy, bahkan mungkin lebih keras lagi, padahal pada masa itu beliau hanya seorang diri di desa Tenggulun, belum ada pendukunngya sama sekali.
Ternyata sikap ketegasan beliau dalam masalah ini bayarannya mahal sekali, dampaknya masih dirasakan oleh anak dan cucu-cicitnya tetapi Insya Allah banyak kebaikannya.
Diantara yang paling terlihat adalah hubungan famili atau kerabat yang kurang akrab, bahkan banyak sekali yang sampai hari ini belum tersambung dengan baik sesuai dengan harapan, bahkan banyak yang terputus, mudah-mudahan tidak sengaja diputuskan, kami, adik dan kakak sudah mulai mencari kembali famili-famili tersebut namun kemudian saya sendii di istirahatkan oleh Allah swt di sanggar kholwat (penjara) jadi belum terselesaikan, semoga kakak-kakak bisa melanjutkan upaya tersebut.
Kenapa sikap tegas ini memiliki dampak seperti itu, sebab mayoritas famili beliau condong ke NU, kalau dihitung dari jumlah banyaknya famili,MasyaAllah, pokoknya sangat mudah membayangkannya, hampir seluruh Mushola lama yang terbentang dari Babat sampai Dukuh Gresik, terutama yang ada disekitar sungai Solo, belum lagi yang ada di kota tertentu hampi rsemuanya famili, baik famili dekat maupun jauh.
Dengan perbedaan faham antara Muhammadiyah dan NU, menjadi retaklah hubungan beliau termasuk dengan mereka, apalagi karena tegas dan kerasnya beliau, sehingga famili-familipun segan untuk berkunjung ke tempat kami.
Adapun contoh ketegaran beliau antara lain :
- Tidak mau sholat 5 waktu di belakang imam yang menurut beliau adalah ahli Bid’ah, tetapi untuk sholat Jumaat masih mau.
- Anti kuburan dan segala acara yang berkaitan dengannya seperti Yasinan, Haul-haulan dan sebagainya.
- Anti dengan majlis-majlis kondangan, seperti Jumat Wage, memperingati kematian, majelis Kadiran dan sebagainya, bahkan menyentuh makanannyapun tidak mau.
- Anti Qunut Shubuh, anti dzikir dengan suara keras, anti Tarawih dengan 23 rekaat dan lain sebagainya dan dalam hal ini terkadang sampai berlebihan.
- Anti perdukunan, namun dalam hal ini beliau pernah hampir tergelincir karena begitu hebatnya pihak-pihak yang memusuhinya dengan sihir dan macam ilmu hitam lainnya, tetapi Alhamdulillah Allah masih menyelamatkan beliau.
- Dan lain-lain.
Dengan ketegasan beliau dalam masalah ini memacu beliau untuk berusaha membangun tempat beribadah secara sendiri dan tidak bercampur dengan orang lain yang dianggap oleh beliau sebagai Ahlul Bid’ah, beliau juga dengan tekun mengajak dan mendakwahi keluarga yang dari keturunan Ibu, sebab keluarga dari kedua istrinya merupakan orang awam biasa, bukan orang yang sudah agamis seperti keluarga beliau, maka dengan kesabarannya, mereka mulai simpati dan banyak yang ikut, akhirnya terus berkembang sampai terwujudnya pondok Al-Islam Lamongan.
Next on 19/12/2011
No comments:
Post a Comment