Pondok pesantren ini didirikan oleh almarhum Kyai Haji Abdurrahman, almarhum Kyai Haji Ridhwan dan lain-lain. beliau semua adalah kyai-kyai terkenal di daerah tersebut bahkan di seluruh Jawa Timur khususnya bagi warga Muhammadiyah.
Pondok pesantren ini alhamdulillah sampai hari ini berkembang dengan jayanya, kalau dulu sewaktu saya disana hampir semua asramanya sederhana terbuat dari kayu, hanya ada satu dua yang terbuat dari tembok, namun kini hampir seluruh bangunannya permanent dan bagus, saya berharap mudah-mudahan perkembangan maknawiyah dan ruhiyahnya sejalan dengan perkembangan fisiknya.
Selama saya berada di lingkungan pondok pesantren ini banyak sekali pengalaman-pengalaman suka dan duka yang saya dapatkan, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang positif yang saya dapatkan, meskipun tidak menutup mata ada yang negative.
Awal mula saya masuk dan tinggal di kompleks pondok pesantren saya benar-benar kaget karena seluruh kegiatan saya berubah dari yang biasa saya lakukan di desa, biasa aktivitas harian di desa adalah belajar di sekolah, pergi ke hutan untuk mencari makanan kambing atau menggembalakannya, main bebas bersama teman-teman, mengaji di mushola setelah maghrib hingga sekitar jam 9.00 malam, sesudah itu bermain lagi bersama kawan-kawan lalu tidur di musholla atau masjid.
Tetapi di pesantren lain, disamping terpaksa memikirkan menyiapkan makanan sendiri, karena pada waktu itu para santri masih masak sendiri, kegiatan terfokus pada belajar baik yang di asrama yaitu belajar Alquran, Tafsir, Muhadhoroh, (pidato, dsb) maupun di sekolah seperti aqidah, fiqih, hadits, mustholah hadits, ushul fiqh, bahasa Arab, bahasa Inggris, ilmu aljabar dan lain sebagainya.
Manusia di sekitar saya semuanya berubah baik yang tua, yang muda, yang sebaya anak-anak, kalau di desa karena memang sejak awal mereka telah mengenal saya, sayapun mengenali mereka, jadi ada kemesraan dalam pergaulan, tetapi tidak sama halnya dengan yang ada di pondok pesantren, semuanya masa bodoh terhadap diri saya meskipun ada kadang-kadang yang menegur namun begitulah teguran hanya sebatas teguran saja.
Tetapi dalam keadaan seperti ini ada juga orang yang simpati yang sampai hari ini orang tersebut masih saya ingat kebaikan-kebaikannya, semoga beliau tetap dijaga oleh Allah swt utuk mengikuti jalan yang benar.
Lama kelamaan saya mulai dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren, sedikit demi sedikit saya mulai dapat menghayati makna dan hikmah ta.aaruf (Q.S : (49) : 13), dimana masyarakat yang berada di sekeliling saya terdiri dari bermacam-macam keturunan, masing-masing mempunyai adapt dan kebiasaan sendiri-sendiri, ada yang terbiasa manja dan malas, ada yang biasa tekun dan rajin, ada yang biasa nakal dan dekil dan lain sebagainya.
Tetapi dari beragam kebiasaan itu, kami tetap dapat bersatu dalam satu misi, yaitu menuntut ilmu agar menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat bagi agama, diri, orang tua, keluarga dan masyarakat seluruhnya.
Lingkungan pondok pesantren yang paling berpengaruh terhadap diri saya pada waktu itu adalah dalam hal kedisiplinan, menggunakan waktu dimana seluruh kegiatan yang sifatnya ruhaniyah, fikriyah, maupun jasmaniyahsemasa masih di rumah pun sudah diatur tetapi tentunya lebih longgar daripada di pesantren, sebab orang tua telah mendisiplinkan saya dalam beberapa hal antara lain; sholat 5 waktu wajib disiplin, mengaji Alquran, pergi belajar di sekolah, mencari makanan atau menggembala kambing, dan membantu orang lain jika diperlukan, adapun selain itu bebas.
Ada juga hal positif yang saya dapatkan di pesantren ini yang membuat saya mulai berani mengutarakan pendapat bahkan menyanggah pendapat orang lain, karena disamping adanya program muhadhoroh bagi santri, di tempat tersebut memang hobby dan kegemarannya berdebat bahkan kadang-kadang sampai keblabasan, kyai dan ustadz-ustadzahnya pun terkadang di debat hanya untuk memuaskan diri, tetapi alhamdulillah ternyata banyak manfaatnya bagi diri saya, seluruh program dan kegiatan serta kebiasaan yang terdapat di lingkungan pondok pesantren baik yang positif maupun yang negative, yang positif saya berusaha untuk mengamalkan sedangkan yang negative saya juga berusaha keras untuk membencinya dan menjauhinya.
Tetapi sayang ternyata saya tidak dapat melanjutkan utnuk belajar di pondok pesantren ini, karena sering sakit-sakitan sehingga tidak kerasan, atau sebaliknya karena tidak kerasan sehingga sering sakit-sakitan, sehingga rencana semula ingin sampai 6 tahun, baru sampai 2 tahun sudah cabut keluar dan tidak mau kembali lagi –Qoddarullahi wa maa syaa.Allaah- ternyata banyak hikmah dibalik itu.
Mudah-mudahan ilmu yang saya dapatkan dari pondok pesantren bermanfaat sepanjang masa, dan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi bapak kyai dan para ustadz yang telah mengajarkan ilmunya kepada saya dengan tulus ikhlas, sehingga dapat memetik pahala di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment